Pages

Wednesday, May 17, 2017

Our Eyes

Tadi pagi di poli mata,

Case 1
Pasien datang diantar anaknya untuk kontrol ke dokter.  Di dalam poli suasana cukup ramai, ada 2 dokter, 6 orang koas, dan aku sendiri. Aku lupa tadi sebelumnya dokter membicarakan tentang apa, tiba-tiba anak pasien menyambung obrolan, “tetangga kami ada yang bunuh diri loh Dok”. Aku menatap seisi ruangan tampak penasaran, “bunuh diri kenapa?”. Anak pasien tersebut akhirnya bercerita, “tetangga saya sudah lama menderita katarak. Selama ini memang mengeluhkan penglihatannya yang berkurang. Dia sudah minta kepada dokter untuk dioperasi, namun dokter menolak dengan alasan kataraknya masih tipis sehingga harus menunggu tebal dulu. Namun tetangga saya ini tidak puas dan terus mengeluhkan penglihatannya. Suatu hari sepulang dari masjid, ia menutup pintu rumahnya, dan setelah itu masyarakat menemukannya dengan bekas sayatan di perut dan tidak bernyawa lagi”.

Case 2
Pasien datang ke poli juga diantar anaknya. Dari penuturan dokter, pada kontrol sebelumnya pasien nangis terisak di hadapan dokter mengeluhkan penglihatannya. Saat tadi di poli pasien juga di periksa, mata kanan visus 0 dengan katarak, artinya saraf penglihatannya sudah tidak bisa lagi berfungsi walaupun harus operasi (dengan kata lain mata kanan tidak bisa melihat lagi). Mata kiri dengan katarak, visus 1/60 (hanya bisa melihat jelas di jarak 1 m) rencana operasi. Namun, dokter menjelaskan bahwa kemungkinan hasil operasi 50:50. Kemungkinan penglihatan membaik 50%, kemungkinan penglihatan tetap seperti sekarang 50%, tergantung kualitas persarafannya. Ibu itupun kembali menangis dan mengeraskan suaranya sambil berdoa agar operasinya bisa memperbaiki penglihatannya. Seisi ruanganpun mengaminkan.

Hikmah dari kedua kasus ini:
Memang benar jika ada yang bilang, mata itu jendela dunia. Kita bisa tahu seperti apa  dunia itu dari melihat. Pernah mengalami mati lampu? Dulu saat kecil itu ketakutan sekali: gelap, tidak tahu arah, mau berjalan takut nabrak. Maka sudahkah kita bersyukur dengan nikmat Allah yg luar biasa ini?
“Katakanlah: siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan” Q.S. Yunus:31
Maka wajarlah kekhawatiran mereka yang berkurang penglihatannya. Ada ketakutan luar biasa, seakan-akan dunia ini akan pergi dari mereka. Dulu dunia disaksikan dengan indahnya, namun sekarang seolah-olah mulai lenyap. Mohon didoakan semoga pasien segera sembuh, diberikan kesabaran dan kekuatan.  Aamiin
“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya” Q.S. Al-Isra’:39

NOTE:

Dalam kasus I, cerita suicide hanya kami ketahui dari pengantar pasien. Alasan dan kebenarannya hanya Allah yang tahu. Untuk indikasi operasi katarak dilakukan setelah expertise memeriksa kondisi medis pasien secara keseluruhan. 

Sunday, November 13, 2016

......

Innaa lillaahi wa innaa ilaihi rooji’uun..
Sesungguhnya kami milik Allah dan kepadaNyalah kami kembali (Q.S. Al Baqarah 156)

Kaget, ga nyangka, kemarin pagi jam 6.40 dapat kabar bahwa teman sekelas kami meninggal. Padahal saat subuh masih sempat komen status dengan teman kami di medsos..

Ini merupakan kedua kalinya teman kami dipanggil. Dua bulan yang lalu, salah seorang teman kami juga sudah lebih dulu dipanggil (Allaahummaghfir lahuu, warhamhu, wa’afihii, wa’fuanhu)
Tidak ada yang salah dengan umur. Kita semua sudah dijatah sampai kapan waktunya.

Teman kami ini, yang satunya, dalam 3 bulan lagi akan menikah. Yang satunya lagi, dalam hitungan hari akan mengikuti ujian kompetensi Dokter (UKMPPD) dan akan menjadi dokter dalam waktu dekat. Dan mereka sama-sama anak tunggal..

Allaahu Rabbi.. Wallaahu’alam bish shawab.. Allah Maha Tahu yang terbaik untuk hambaNya. Allah Maha Penyayang. Allah Sang Pemilik skenario. Allah tidak akan mendzalimi hambaNya..

Mungkin kami memang sedang diingatkan, “ingatlah kematian dapat datang kapan saja”. Bahkan tidak usah berpikir besok, dalam 1 jam ke depan saja adakah yang dapat menjamin kita masih hidup? Apakah bekal untuk di akhirat sudah maksimal?

Kami juga sedang diingatkan, kita tidak berkuasa atas apapun di dunia ini. Allah Yang Maha Berkuasa. Seberapa banyak harapan kita atas sesuatu, tetaplah gantungkan harapan hanya kepada Allah. Agar tak kecewa saat Allah ambil,  karena sejatinya itu memang milik Allah..


Allaahu Rabbi, sabarkan dan kuatkan kepada orang tua yang ditinggalkan. Berikan ganti di dunia dan diakhirat dengan yang lebih baik. Angkat kesedihannya. Sayangi dengan sifat Rahman dan RahimMu.. 

Tips Lulus UKMPPD One Shoot

Hallo para pejuang UKMPPD.. Mau sedikit share nih. Alhamdulillah kemarin sudah lulus ujian UKMPPD. Sebulan menjelang hari H deg-degannya gak karuan banget. Khawatir was-was kalo ga lulus. Alhamdulillah banyak faktor yang menguatkan jadi agak stabil. Trus, gimana dong? Hehe.. Well, check it out!

1.   Belajar
Cara ini cuma satu-satunya yang bisa masukin ilmu ke dalam otak, hehe. Ga lain dan gak bukan. Cuma kadang  perlu berimprovisasi biar gak bosen.
a.       Temenmu ikut menentukan nasibmu
Okey, saya sendiri belajarnya cuma berdua intensif sama temen (kadang sesekali ada temen lain yg juga ikutan). Pemilihan temen dalam hal ini jadi sangat penting. Kebayang kan kalo seandainya kamu udah illfeel dari awal, gimana ntar prosesnya? Silakan cari temen yang membuat kamu nyaman. Kalau saya sendiri orangnya agak seriusan, gak suka basa basi, tapi kalo gilanya kumat butuh orang yang juga bisa diajak gila, haha. Yah intinya, kalo waktunya belajar ya belajar, bercanda ya bercanda, curhat ya curhat, tidur ya tidur. Oya, temen yang mirip sifatnya sama kamu biasanya bisa lebih enak beradaptasi. Dari awal kalian harus membangun komitmen, “Mulai saat ini kita belajarnya bareng ya. Gimana nih nanti mau belajarnya?”
b.      Tentukan Strategi dan Target Belajar
Nah, hal ini juga penting, karena kamu gak bisa belajar hanya seperti air mengalir. Kalau di kampus saya, suasana UKMPPD sudah mulai terasa sejak H-1 bulan lebih. Sebelum bimbingan kampus, ada ujian Tapis. Kalo gak lulus ujian ini, maka tidak diperbolehkan melangkah ke tahap berikutnya (bimbingan+ujian UKMPPD) tetapi disunnahkan mengikuti bimbingan jangka panjang untuk mempersiapkan Ujian Tapis periode berikutnya. Katanya ini untuk mempersiapakkan akreditasi sih, karena kelulusan first taker UKMPPD mendapat porsi yang besar untuk penilaian sertifikasi.
Bagaimana mengatur strateginya??
Karena masing-masing orang memiliki cara belajar yang berbeda, maka be your self aja. Sejak awal saya tidak ikut bimbel di luar kampus, alasannya selain karena dana (hehe), juga karena saya memiliki jam produktif untuk belajar. Pengalaman kakak kelas katanya sering merasa capek karena bimbingan kampus saja sudah sampai sore dilanjutkan dengan bimbingan di luar yang lamanya 4-5 jam (walaupun pada periode saya bimbingan kampus jadwalnya hanya sedikit sekali, hehe). Saya sendiri ga bisa dipaksa belajar jika sudah capek, karna percuma saja ilmunya ga akan masuk.
It’s about a time. Karena UKMPPD akan sangat tidak efektif jika kita membuka textbook yang tebalnya seperti bantal itu, maka kami mengambil sumber dari internet atau mengkopi modul bimbel luar (thanks to bimbel luar yang mengizinkan untuk di copy). Akan sangat memakan waktu jika semua penyakit dibahas A-Z. Target kami adalah: mencari tahu yang belum tahu dan menyempurnakan yang sudah tahu. Oleh karena itu, kami membahas soal sebanyak-banyaknya. Dengan demikian, dari situ nanti akan diketahui hal-hal yang kami masih kurang. Target 1 hari adalah 100 soal. Walau kadang sampe kadang gak, wkwk. Carilah bank soal yang sudah ada kunci jawabannya. Tetapi sebelum membuka kunci kamu isi dengan jawaban dan penjelasan versimu sendiri, setelah itu baru liat kunci untuk mengoreksi. Kadang ada loh, jawaban yang malah kuncinya salah. Naaah, soal yang seperti inilah yang nanti akan ditanyakan ke pakar/spesialis saat bimbingan kampus.
c.       Dilamain belajarnya, bukan bercandanya atau tidurnya, wkwk
Jadi kemaren kosan saya lamanya 45 menit dari kosan temen saya (kosan temen saya dekat kampus). Intinya saya ke kosan dia pagi-pagi (ada atau tidak ada bimbingan kampus) dan pulang jam 9 malem. Hampir setiap hari seperti itu kecuali hari minggu. Yaa, bagaimana caranya supaya target soal dibahas habis. Kadang setelah makan siang mudah ngantuk, trus kami tidur. Setelah tidur belajar lagi. Kadang jenuuuuh banget, trus kita jalan, hehe (yg deketan aja). Kadang lagi pengen curhat, ya cerita, trus belajar lagi. Tapi tetep, porsi untuk belajar harus lebih besar.
d.      Try Out itu membantu loh..
Waktu periode saya ada 8 kali Try Out yang diselenggarakan kampus, dan 1x Try Out AIPKI. Yg AIPKI saat itu pendaftarannya agak ribet karena saya posisinya tidak di Jogja jadinya tidak ikut. Dari 8 kali TO kampus, hanya 1x nilainya yang diatas 66, haha. Kata dosenku sih, TO kampus memang sengaja dibuat sulit dibanding soal UKMPPD nantinya karena agar kita terbiasa. Tapi tetap saja sempat bikin down, koq gak lulus lulus yaa.. Tapi gapapa, yg penting nanti UKMPPD lulus. Jadinya kampus berhasil bikin saya semangat dgn nilai TO seperti ini, wkwk.
Nilai TO membantu banget untuk ngukur sudah sejauh mana kemampuan kita loh. Kalo belum mencapai target, berarti yaa masih ada yang kurang. Belajar & belajar lagi. Sering-sering TO juga membantu kita untuk terbiasa mengenali soal. Beruntung deh kalo ada soal yang mirip banget waktu nanti keluar pas hari H. Tapi, kalo dari kampusmu ga ngadain, silakan berimprovisasi sendiri. Misalnya ada soal TO dari bimbel lain atau darimana aja, silakan kerjaan sendiri tanpa melihat buku dengan time limit sesuai UKMPPD. Nah, setelah itu jawabanmu dicocokkan dengan kunci deh. Dilihat apakah sudah melewati passing grade atau belum. Selamat Berjuang!!!  
e.      OSCEnya gimana?
Nah, karena yang dinilai saat ini adalah performamu, maka cobalah untuk bersikap seprofessional mungkin. Bayangkan saja saat itu kamu sudah jadi dokter beneran, dan bayangkan seperti apa kamu ingin terlihat di hadapan pasien. Pastinya pengen the best dong yaa..
Pengen cerita aja, sebenarnya pas H-3 OSCE ini ada sesuatu yang terjadi sehingga tidak bisa membuat saya meluangkan waktu dan fokus untuk belajar. Ini semua hal-hal di luar kehendak saya yang tidak bisa saya kendalikan. Kalau sudah seperti ini, modal saya adalah materi yang sudah saya pelajari menjelang CBT. Untuk praktek, modal saya adalah tindakan-tindakan yang pernah saya lakukan saat koas. Selebihnya adalah bagaimana membuat pasien nyaman. Komunikasi dan care adalah poin yang sangat saya tonjolkan. Memang tidak ada yang sempurna. Tapi dapat poin 81 saat belajar seadanya menjelang OSCE ini adalah sesuatu yang sangat saya syukuri..
Maka, jika teman-teman belajarnya maksimal, maka kemungkinan besar nilainya akan lebih tinggi dari saya. Pada intinya OSCE adalah mengulang apa yang sudah kalian lakukan di koas. Jika ada prosedur tindakan yang lupa, maka perlu dibuka lagi. Oya, di kampus juga ada bimbingan OSCE beserta praktiknya loh. Mungkin alat-alatnya kadang ada yang sedikit berbeda dengan di RS pendidikan. Nah, silakan familiarkan dirimu dengan alat-alat tersebut, bila perlu difoto.
Saat ujian, mungkin saat berada di koridor akan sangat gugup. Tapi saat memasuki ruangan dan berkomunikasi dengan pasien, percayalah itu semua akan hilang. Ajak pasien berbicara sebagaimana layaknya dokter pasien. Bahkan candaan-candaan kecil bisa melumerkan suasana loh.. Daan, tidak usah down jika 1 stasion banyak yang salah dan tidak sempurna. Masih banyak stase lain untuk meraup nilai. Jadiii, semangattt!!
2.   Berdoa
Guys, sempurnakan ikhtiar dengan doa. Kita ini miliknya Allah, Dia yang punya kendali atas sesuatu. Mau dibuatnya lulus atau gak, itu mudah saja. Maksimalkan ibadah, maksimalkan doa. Mohon ampun atas dosa-dosa selama ini. 
Waktu persiapan OSCE yang seadanya, sejujurnya saya tidak bisa berkutik. Ya Allah, persiapan ini tidak maksimal. Semua yang terjadi beberapa hari ini di luar kendali saya. Berharap Allah mudahkan saya untuk tampil dengan performa terbaik, membukakan pintu hati penguji untuk memberikan nilai terbaik. Ada satu ruangan yang setelah saya diskusikan dengan peserta yang lain setelahnya, ternyata saya salah dari mulai pemeriksaan penunjang, diagnosis, dan terapi. Inilah yang membuat saya khawatir tingkat tinggi, diluluskan atau tidak. Walaupun setelah keluar dari ruangan ini saya dengan pedenya yakin benar. Dan ternyata, Allah luluskan, Alhamdulillah..
Demikian halnya dengan CBT. Saya tandai soal yang masih ragu-ragu dan saya isi soal yang yakin benar. Alhamdulillah saat itu yang yakin benar 140an soal diantara 200 soal.
Saat down dengan nilai TO yang susah lulusnya, saya berbisik ke diri saya sendiri. “Saat kita sudah berjuang habis-habisan, tidak akan mungkin Allah tidak meluluskan”.  Itulah husnudzhon saya ke Allah, sehingga semangat itu terus ada.
Jangan lupa untuk minta doakan ke orang-orang terdekat, terutama orang tua. Ingat, doa dari orang tua adalah yang paling mustajab.
Satu lagi, tanamkan dalam diri, “Tidak apa-apa saya berjuang mati-matian untuk kali ini, yang penting saya langsung lulus”
Selamat berjuang para pejuang! Sertakan Allah selalu dalam langkah kita!


#NB: Jangan lupa buka SKDI. Tentukan prioritasmu.

Sunday, March 20, 2016

Mengasah Nurani

Waktu itu, aku dalam perjalanan di bis Jogja-Solo. Saat bis berhenti untuk mengangkut penumpang di Klaten, seseorang pria berusia 20an dengan terburu-buru menaiki bis. Melihatnya sepintas, aku yakin kalau ia bukanlah penumpang. Benar saja, ia langsung berdiri di tengah bus dan bersikap layaknya seorang pengamen. Ia berbicara yang aku yakin tidak seorangpun dari kami mengerti. sambil menepuk-nepukkan tangannya, ia masih terus bernyanyi layaknya seorang pengamen. Tidak sampai satu menit, ia pun berhenti. Kemudian ia mengulurkan gelas plastik di tangannya kepada semua penumpang. Seingatku, hampir semua penumpang tidak ada yang memberi recehan kepadanya, termasuk aku. Setelah selesai dengan tugasnya, ia menunggu tempat pemberhentian berikutnya dengan memperbaiki gorden bis pada penumpang yang terkena sinar matahari langsung. Begitupun dengan tempat dudukku. Kaget sekali waktu itu dari belakang tiba-tiba ada orang yang langsung menarik gorden sebelahku hingga lapang pandang untuk melihat ke luar jendela tertutup. Setelah bis kembali berhenti, iapun turun..

Berikutnya, di lain waktu, hampir mirip dengan kisah sebelumnya. Waktu aku dalam perjalan bis Wonogiri-Solo, seorang laki-laki berusia 30-an juga bernyanyi layaknya pengamen. Berbekal pengalaman sebelumnya, aku mengamatinya dengan cermat. Ya, ia tuna rungu seperti orang yang aku lihat sebelumnya. Hanya beberapa detik saja ia ‘seperti’ bernyayi, dan setelah itu mengulurkan gelas plastiknya. Ada yang memberi, ada yang tidak. Dan aku tidak mengulangi sikapku seperti sebelumnya. Uangku akhirnya keluar.

Kau tahu apa yang dipikirkannya, kawan?
Yap. Akupun hanya menerka. Ia bernyanyi mungkin karena mengira apa yang ia ucapkan itu sama dengan yang kita ucapkan. Ia mengcopy-paste gaya pengamen umumnya yang juga ia terapkan. Yang ia tahu, ia harus mengumpulkan uang untuk menyambung hidupnya.
Kau tahu kawan? Sejak lahir aku diasuh oleh bibiku yang seorang tuna rungu. Ia kakak ibuku, ia juga aku anggap seperti ibuku. Aku sudah terbiasa berbicara dengannya menggunakan bahasa isyarat. Tetapi bukan bahasa isyarat formal yang dapat berlaku di seluruh dunia. Melainkan bahasa isyarat yang hanya kami yang terbiasa berkomunikasi dengannya yang bisa mengerti. Entahlah, mungkin karena di daerahku belum ada lembaga khusus yang membina orang seperti beliau. Bibiku terampil dalam banyak hal. Meskipun sampai saat ini beliau belum menikah, untuk urusan rumah tangga beliau tidak ada duanya. Beliau juga mahir dalam membuat prakarya. Jika ada barang bekas, tidak heran jika nantinya disulap menjadi sesuatu yang cantik. Dulu waktu masih muda, (katanya) beliau pernah bekerja di pabrik roti. Setelah itu, setahuku belliau tidak pernah bekerja lagi. Hingga saat ini beliau dalam pemeliharaan kakek-nenekku dan adik-adiknya..

Aah, terlalu melankolis memang. Tapi, pernahkah kalian membayangkan bagaimana jika berada di posisi mereka? Dunia terasa sunyi, senyap. Ingin berbicara, tetapi orang lain tidak mengerti. Pada akhirnya, mereka menerima semua ketentuanNya dengan lapang. Menjalani hari-hari mereka sebagai bentuk kesyukuran terhadap Rabb Nya. Aah, Bibi, ingin sekali aku menceritakan tentang Rabb kita kepadaMu. Bahwa, Ia menciptakanmu bukanlah untuk sebuah kesia-siaan. Salah satunya, mungkin untuk membuatku berpikir tentang apa yang harus ku lakukan, terhadapmu, terhadap kalian..

(to be continued, insya Allah)

Tuesday, February 9, 2016

Case Reflection

Waktu itu kami sedang ujian stase Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin dengan dosen dari kampus. Masing-masing koas membawa satu kasus yang telah diujikan dengan dokter di RS untuk diujikan kembali. Dalam ujian ini juga ada presentasi Refleksi Kasus. Refleksi kasus adalah kasus menarik yang bisa diambil ibrahnya. Ujian ini ada di setiap stase.

Setelah selesai ujian pertama, kami melanjutkan dengan refleksi kasus. Saya mempresentasikan tentang Neurodermatitis Sirkumkripta, yaitu peradangan menahun pada lapisan kulit paling atas yang menimbulkan rasa gatal. Latar belakang pemilihan kasus ini adalah adalah gangguan kualitas hidup (Quality of Life) pada pasien dikarenakan rasa gatal yang sangat mengganggu, terutama saat bekerja atau hendak tidur. Kondisi ini berlangsung kronis, hingga hitungan tahun. Adapun penyebabnya adalah bermacam-macam, salah satunya adalah karena kondisi psikologis. Oleh karena itu, tidak hanya terapi farmakologi yang harus diberikan, tetapi juga psikologi. Aspek inilah yang saya tekankan dalam kasus ini.

Sedangkan dalam refleksi keislaman, saya membahas tentang obat gatal dalam sejarah Rasulullah saw dan sikap seorang muslim dalam menghadapi sakit. Tidak jauh berbeda dengan sebelumnya, ada ayat yang tidak akan saya lewatkan, yaitu “Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkanku” (Q.S. Asy-syu’ara:80). Agak berbeda dengan stase sebelumnya, mungkin karena pembahasan ini sudah sering diangkat, biasanya hanya lewat begitu saja. Tapi, kali ini saya mendapat feedback,
“Q.S. Asy-Syuara ayat 80, bunyinya apa ya?”, tanya dosenku
Astaghfirullah, aku bahkan tidak mencantumkan ayatnya. Segera aku buka gadjet, dan aku cari. Beliaupun menungguku. Mungkin karena agak memakan waktu, hampir bersamaan saat aku membaca ayat tersebut, beliau melafalkannya.

Masya Allah, dosenku ternyata lebih hapal.
Kemudian beliau melanjutkan,
“Untuk kasus yang sudah saaangat lama, biasanya sulit untuk menentukan penyebab neurodermatitis ini. Karena saking gatalnya, ia akan terus menggaruk, sehingga sulit sekali untuk menghindarinya. Bahkan, terbentuk siklus gatal-garuk. Oleh karena itu, biasanya saya mengedukasi kepada keluarga. Misalnya kepada istri diingatkan, nanti kalau suaminya sudah terlihat mulai menggaruk, tolong diingatkan dan dialihkan perhatiannya. Misalnya ajak ngobrol, berikan camilan, dan lain-lain. Dan yang lebih penting, seperti ayat Al-Qur’an tadi, bahwa yang menyembuhkan itu hanya Allah. Memang sulit untuk penyembuhannya, tapi kita punya Allah, jadi mintalah pada Allah Yang Maha Menyembuhkan”

Aku terenyuh. Ya, aku lupa. Sudah lama di dunia perkoasan, tetapi jaraang sekali mengaplikasikan yang satu ini. Memang, neurodermatitis ini bukanlah kasus life threatning, tapi tidak ada salahnya mengingatkan kembali tentang hakikat kesembuhan. Terima kasih sudah mengingatkan kami, Dok.. :)

Ada lagi hal lain yang aku ambil hikmahnya dalam ujian kali ini. Saat ada pertanyaan yang tidak bisa kami jawab, maka beliau tidak menghakimi kami, tetapi mengajari. Ya, kami pernah merasakan bagaimana belajar dalam kondisi menegangkan, karena dosen mengharuskan kami menguasai suatu materi. Pressure ini membuat kami terus belajar, dan belajar. Memang, materi berhasil dikuasai, tetapi ada ketidaknyamanan dan kurang menikmati. Berbeda dengan pagi ini, pertanyaan mengenai patogenesis dan mekanisme kerja obat (yang teoritis dan khas saat pendidikan S1) muncul. Alhamdulillah kami bisa menjawab, walaupun tidak sempurna. Kekurangannya ditambahkan oleh beliau. Sehingga di akhir diskusi, beliau mengingatkan, “nanti dibaca lagi yaa. Hal-hal teoritis seperti ini jangan dilupakan saat menjadi dokter nanti. Biar treatment kalian bagus”. Waaah, berasa endorfin membanjiri tubuh kami. Adeem, melejitkan semangat untuk menjadi great muslim doctor. Sampe terbersit di benakku, nanti kalo saya jadi dosen, maunya kayak gini aja: pinter, paham agama, mempermudah siswa..

Aaah, jadi ingat lagi. Pernah gak sih teman-teman kalo dapat kebaikan dari orang lain sampai mendoakan orang tersebut tanpa berpikir panjang lagi. Hingga doa-doa itu meluncur di mulut kita untuk kebaikan beliau, walaupun hanya kebaikan kecil. Hmm, semoga kita menjadi orang-orang yang mudah memberikan kebaikan dan mendoakan orang-orang yang memberikan kebaikan itu.. aamiin..

Sekian
Just share :-) 


Oya, intermezo dikit. Sekadar share dari refleksi kasus temanku tentang acne vulgaris (jerawat)
  •  Pelembab wajah sebaiknya digunakan tidak lebih dari 3 menit setelah mandi, karena fungsinya untuk menahan air. Sedangkan jika digunakan lebih dari itu maka tidak ada fungsinya lagi
  • Untuk mencegah jerawat, bukanlah dengan rutin membersihkan wajah sebelum tidur, tetapi hendaklah dengan berwudhu. Memang boleh untuk membersihkan wajah, tetapi jangan terlalu sering, karena bisa menyebabkan iritasi dan malah mempermudah munculnya jerawat. Tetapi berwudhulah, karena selain bisa membersihkan wajah secara natural, ia juga bisa mendinginkan dan menentramkan jiwa saat hendak tidur.

  


Sunday, August 30, 2015

Public Health Part 2

Di sela-sela magang di Puskesmas, penyuluhan-penyuluhan, dan laporan-laporan, maka alangkah ruginya jika kesempatan hidup di daerah Magelang tidak digunakan dengan sebaik-baiknya. Tahukah kalian, jika pesona wisata di lereng Merapi dan Merbabu tidak kalah indahnya dengan tempat lain sekelas Dieng dan Tawangmangu? Yuk, cek satu persatu!

Ketep Pass
Tempat ini adalah destinasi pertama kami. Lamanya hanya sekitar 20 menit dari Puskesmas Dukun. Letaknya terletak di Desa Ketep Kecamatan Sawangan. Jika tidak berkabut, kita bisa melihat gunung Merapi dari dekat. Sayangnya saat kami datang sedang berkabut. Harga tiket masuk Rp.15.000,00 per orang sudah dengan parkir. Didalamnya ada gardu pandang dan banyak yang menyewakan teropong. Ada juga mini teater bagi yang ingin menonton film tentang fenomena meletusnya Merapi tahun 2010 yang lalu. Untuk masuk ke miniteater harus membayar Rp.7000,00 lagi. Didalamnya juga berjejer kantin dengan berbagai menu sederhana. Jika sudah sering makan di tepi laut, maka cobalah sekali-sekali merasakan sensasi makan di tepi gunung.. Di luar Ketep di tepi jalan juga banyak yang berjualan jagung bakar loh..

Salah satu sudut pemandangan yang tertutup kabut

Sumber: njogja.com

Wisata Strawberry
Sekitar 1 km melewati Ketep Pass, ada wisata strawberi yang sayang untuk dilewatkan. Disini, pengunjung bisa memetik strawberi langsung di kebunnya untuk kemudian dibeli dan dibawa pulang. Tapi, jangan dimakan di dalam kebun dulu ya! That’s the Rule. Pun kalau di kebun kita tidak menemukan strawberi yang matang sempurna (karena sudah didahului pengunjung sebelumnya) maka kita masih bisa membeli strawberi yang sudah dikemas dan dijual oleh pemiliknya.




Hutan Pinus
Masih sekitar 2 km lagi dari wisata strawberry terdapat hutan pinus. Tempat ini memang sudah dikemas sebagai objek wisata. Pengunjungnyapun cukup ramai. Tiket masuknya murah saja, Rp.2000. Kata temanku, seperti berasa di Korea, hhe. 

Jalan masuk ke hutan pinus


Kopeng
Letaknya sekitar 1,5 jam dari tempat kami, tepatnya di Jl. Raya Salatiga-Magelang, Kabupaten Semarang, di kaki Gunung Merbabu. Disana ada taman wisata yang khas dengan taman hiburan, ada  persewaan kuda, kolam renang, outbound, dan lain-lain. Berhubung kami sampai disini jam 4 sore, jadi kami tidak sempat menikmati semua arena disini. Di taman hiburan kami hanya shooting untuk video cuci tangannya Diah. Setelah itu, kami melanjutkan ke hutan pinus yang juga terdapat di sekitar sini. Hutan pinus ini lebih bagus dari yang sebelumnya karena banyak dipenuhi rumput, namun lebih curam dan tidak terlalu luas. Setelah puas berfoto disini, kami lanjut lebih ke atas lagi. Kalau berdasarkan plangnya sih, ini merupakan pintu masuk pendakian Merbabu. Disini juga ada gardu pandang dimana kita bisa melihat merapi berdiri tegak dihiasi pemandangan khas pegunungan di sekitarnya. Masya Allah.. Maha Besar Allah..

Taman Hiburan Kopeng
Sumber: infokopeng.blogspot.com
Hutan Pinus (again)


Punthuk Setumbu
Tempat ini juga disebut sebagai Borobudur Nirwana Sunrise. Di Bukit yang terletak sekitar 5 km dari Borobudur ini kita bisa melihat Matahari Terbit dari balik Merapi dan melihat borobudur tampak simetris dari kejauhan. Kami berangkat dari rumah pukul 3.30 pagi dan kemudian sampai disana saat adzan Shubuh. Setelah sholat, kami mulai mendaki jalan kaki. Ternyata tidak terlalu lama untuk berjalan kaki disana, hanya sekitar 15 menit. Jalannya juga sebagian besar di conblock sehingga memudahkan untuk berjalan. Harga tiket masuuk Rp 15.000 per orang. Kami kira kami sudah telat, ternyata diatas masih gelap. Dibanding wisatawan lokal, wisatawan asing mendominasi. Waktu itu agak tertutup kabut namun kami puas. Matahari muncul malu-malu dari puncak merapi sekitar pukul 06.00 dan kemudian dengan cepat menampakkah dirinya.. Sebenarnya ada Merbabu yang mendampingi merapi, namun karena tertutp kabut jadi tidak terlihat. Daaan bersyukur sekali bisa melihat sunrise pertamaku yang menakjubkan :D

Matahari muncul di balik Gunung Merapi
Candi Borobudur tampak dari kejauhan
Sumber: www.eeshape.com

Oiya, ternyata Punthuk Setumbu – Cando Borobudur – Candi Pawon – Candi Mendut berada dalam satu garis lurus ke arah timur loh! Katanya pembangunan candi dan bangunan suci lainnya direncanakan sebagai perselarasan makrokosmos (alam semesta) dan mikrokosmos (insaniah). (Sumber: Pamflet setempat)  

Rafting Sungai Elo
Setelah dari Punthuk Setumbu kami melanjutkan perjalanan untuk Rafting di Sungai Elo. Rencana ini adalah rencana terakhir yang sudah kami susun jauh-jauh hari. Sehari sebelumnya kami sudah booking dengan pengelolanya. Ternyata, yang pengelola yang menggunakan sungai Elo sebagai tempat Rafting itu ada banyak. Salah satunya yang kami gunakan ini: KOMPAS. Oleh karena itu bila ingin rafting disini sebelumnya harus survey dulu, karena harga yang ditawarkan masing-masing pengelola berbeda-beda.
Basecamp kami di Kampung Ulu Resort. Dari sana, kami diangkut menggunakan mobil untuk diturunkan di dekat sungai. Maksimal penumpang 6 orang + 1 orang guide. Harga totalnya Rp 650.000 sudah termasuk snack dan makan siang. Jika ingin menggunakan jasa fotografer ditambah Rp 150.000. Untunglah sisa uang kas masih banyak + sisa THR, sehingga tidak mengeluarkan uang bulanan J jarak yang ditempuh seharusnya 12,5 km. Tetapi saat ini airnya agak surut sehingga jarak dipendekkan menjadi 1,5 km menjadi 11 km dalam 1,5 jam. Maklumlah, jika dipaksakan perahu akan mudah tersangkut di batu sehingga akan dikhawatirkan menyusahkan kami. Dinatara rute itu, ditengah-tengahnya ada fase istirahat. Karena 5 orang diantara kami adalah newbie, maka kami sangat antusias mendengarkan penjelasan guide. Dan walaupun terbilang surut, arus disini cukup deras loh! Bagaimana rasanya kalau sedang banjir ya?? Bahkan dari start awal sampai tempat istirahat saat sedang banjir katanya pernah hanya 13 menit. Kalau mau merasakan sensasinya, raftinglah saat musim penghujan, terutama saat malam hari sebelumnya diguyur hujan. Pengen?? Aku juga! Feel the adrenaline!! ;)




Festival 5 Gunung
Festival 5 Gunung ke 14 kali ini diselenggarakan di lereng Gunung Andong dan Gunung Merapi dari tanggal 14-17 Agustus 2015. Nah, di lereng Gunung Merapi diselenggarakan di desa Kami, Desa Sumber. Lima Gunung ini maksudnya adalah Gunung Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing, dan Menoreh. Festival yang bersaaman dengan momen kemerdekaan ini diisi dengan banyak agenda, diantaranya Pentas Seni, sarasehan, pameran seni rupa, dan lain-lain. Acara diisi oleh tokoh seni dari mana-mana loh, bahkan ada dari orang Jepang. Sayang, berhubung banyak laporan yang harus diselesaikan dan Puskesmas libur, maka aku memilih pulang ke Jogja. Hanya ada 1 agenda yang aku ikuti, dan itupun sudah amazing. Aaah, sayang sekali melewati momen langka ini. Tapi apa boleh buat, kewajiban harus di”numero uno”kan. Ada 1 orang temanku yang mengikuti banyak acara ini.

Panggung pementasan

Pagelaran wayang


Itulah destinasi yang kami kunjungi selama stase ini. Sebenarnya masih banyak lagi tempat wisata yang ada di Magelang. Mohon maaf ada foto yang menyadur dari web sebelah karena kamera kami yang tidak kompatibel atau karena lupa foto saking menikmatinya :p
Meskipun banyak jalannya, tapi alhamdulillah kewajiban kami yang lainnya di stase ini juga bisa diselesaikan. Refreshing itu penting! Apalagi stase ini pas ditengah masa koas kami. Aku rasa hal ini dapat mengatasi kejenuhan, dan menguji+mengukur kekompakan sebagai bekal untuk melanjutkan koas 9 bulan ke depan..
Alhamdulillah ‘alaa kulli hal..
Semoga Allah memudahkan dan memberkahi langkah-langkah kami berikutnya.. aamiin



Monday, August 24, 2015

Public Health Part 1

Sudah lama tidak bersua lagi di blog. Catatan terakhir sebelumnya tentang travelling. Rencananya yang ini juga akan bercerita tentang koas sambil travelling: travelling ilmu, pengalaman, persahabatan, dan travelling sebenarnya.. Well, check it out!

Kami menyebut stase ini stase luar. Ya, karena 12 minggu ke depan kami tidak koas di base camp kami, RSUD Wonogiri. Tiga minggu kami akan menjalani stase Forensik di RSUD dr.Moewardi Solo dan sisanya stase Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM) di Magelang. Bersyukurnya kami, stase ini bertepatan di tengah-tengah perjalanan koas kami, bertepatan dengan bulan Ramadhan dan Syawal, dan 17 Agustusan. Maka, bolehlah kami menyebut lagi stase ini dengan stase liburan.
Well, saat ini aku tidak akan bercerita tentang Forensik (semoga bisa di lain kesempatan dan lain tempat). Bagiku, semua stase memiliki hikmah untuk diambil pelajaran (alhamdulillah). Daaan..di stase IKM ini ada banyak hal tentang aku, kami, mereka, dan Indonesia yang bisa diceritakan.
Ceritanya, stase ini semacam stase KKN. Dua tahun yang lalu aku KKN di Purworejo dan di bulan Ramadhan dan Syawal juga dengan suasanya yang hampir mirip. Namun, disini kami dituntut lebih profesional. Dengan menyandang gelar dokter muda, semua program dan tindakan kami di lapangan harus dikerjakan secara terencana, runtut, dan sistematis. Tidak boleh ada sesuatu yang dilakukan asal-asalan karena semua program kami akan dilaporkan dan dipertanggungjawabkan. Agak rumit memang. Tapi dengan ini aku bisa merasakan atmosfer seorang dokter yang bekerja di perifer (red: pedesaan/pedalaman) dengan program yang seabrek.

Ayem, Adem, Amazing
Kami ditugaskan untuk mengampu sebuah Desa, Desa Sumber, Kec.Dukun, Kab.Magelang yang terletak 7 km dari barat Merapi. Kami tinggal selama sekitar 6 minggu di rumah salah seorang warga. Setiap malam kami harus memakai selimut jika tidur. Maklum, suasana dingin khas pegunungan. Saat awal-awal, bahkan ada teman yang belum berani mandi karena airnya seperti air es. Aku sih husnudzhan saja, mungkin ini fase latihan sebelum menghadapi winter di belahan dunia yang lain, hahahaa. Bahkan, ada malam-malam tertentu yang dinginnya sampai menusuk tulang. Kemana-mana harus memakai jaket, tidurpun tidak cukup dengan satu selimut. Kadang kabut juga ikut menutupi pandangan kami, serta menutup bintang yang tampak jelas di malam hari (uhuk). Oya, berbicara tentang bintang, temanku ada loh yang melihat hujan meteor! Jam 3.30 pagi ia menyempatkan diri keluar rumah, melihat ke langit dan menunggu. Walhasil, ia dapat melihat sekitar 10 meteor.
Mata pencaharian utama masyarakat disini adalah bertani. Jadi, tidak heran jika setiap hari disuguhkan pemandangan menawan: sawah, tomat, sawi, kol, dll. Disini juga tenang, jauh dari hiruk pikuk kota. Masyarakat begitu ramah, terlebih keluarga di rumah. Bisa aku katakan, aku sangat betah berada disini.

Mbak, kami kira sales..
Ada yang unik saat kami ke rumah-rumah warga untuk melakukan SMD (Survei Mawas Diri), di masa-masa awal kami masuk desa. Sebuah wawancara dan pengisian kuesioner untuk menilai derajat kesehatan masyarakat serta mencari permasalahan kesehatan untuk kemudian dicarikan solusi bersama. Total kami 6 orang, dibagi 3 kelopok kemudian menyebar ke 12 Dusun. Suatu pagi aku bersama Uca pergi ke suatu dusun naik motor. Aku memakai jas putih dokter sebagai identitas. Namun tidak seperti biasanya, jilbabnya tidak aku masukkan (agar jasnya tidak terlalu kelihatan mencolok). Sedangkan Uca tidak memakai jas. Kamipun mendapati 2 orang ibu-ibu yang bersedia diwawancarai. Di akhir wawancara, kami berbincang. Dan ibu-ibu itu berkata, “tadi itu kami kira sales loh Mba..” Wow, jleb!. Ternyata sales memang sering masuk ke desa untuk menawarkan sesuatu, dan mereka merasa kurang nyaman karena caranya agak sedikit memaksa. Baiklah, tidak apa-apa ibu. Akhirnya, Uca memakai jasnya.
Berikutnya, kamu masuk lebih dalam. Di dusun ini agak sulit menemukan orang yang mau diajak wawancara. Saat kami sedang mencari, ada seorang bapak yang tadinya tidak mau diajak wawancara, menawarkan kepada yang lain. “Sopo kui?? Sales?” (Siapa itu? Sales?) Jleb lagi. Woww, apakah sesorang dengan jas putih ini mirip sekali dengan sales? Husnudzon aja.

Petani: tanpamu, apa jadinya aku?
Betapa kagetnya kami saat tahu bahwa banyak petani di negeri ini yang penghasilan per bulan tidak lebih dari 1 juta dan penghasilan setiap hari yang tidak menentu. Bertemu dengan warga membuat kami banyak tahu tentang mereka. Padi yang sejak penanaman hingga panen total 5 bulan bahkan hanya mendapatkan uang 1.500.000. Sawi 1 kg pernah hanya Rp 300. Tomat 1 kg Rp.100. Entahlah, apa yang salah dengan negeri ini. Tidak sampai hati jika harus mengkalkulasi dan berpikir bagaimana mereka membiayai anak istrinya. Tapi, mereka tampak bahagia saja. Untuk makanan sehari-hari mereka mengambil bahan dari kebun. Bahkan ada yang sengaja tidak menjual hasil kebunnya dan hanya dikonsumsi sendiri. Kehidupan mereka tidak terbebani oleh masalah remeh temeh yang sekedar iri dengan gonta gati mobil orang lain, tidak risih dengan keberhasilan orang lain. Sekali lagi, kehidupan mereka tampak bahagia. Happiness is Simple!

This is a truly friendship
Dalam suatu hadits pernah disebutkan, bahwa jika kita ingin mengetahui kebiasaan seseorang, maka tinggallah semalam dengannya. Jika satu malam saja sudah bisa tahu, bagaimana yang tinggal selama 6 minggu? Ya. Semua kelebihan dan kekurangan orang-orang dalam satu kelompok ini tidak bisa ditutupi lagi. Perihal aib, kita tutupi saja ya, karena Allahpun menutupi aib hambaNya. Dalam satu kelompok ini ada yang jago masak, sehingga kalau kita bosan dengan makanan di rumah yang itu-itu saja maka ia akan beraksi. Ada yang pinter power point, sehingga masalah tampilan slide presentasi diserahkan kepadanya akan beres. Ada yang jago otak atik program komputer, sehingga perihal error, minta ajarin, dsb menuju dia saja. Ada yang pinter banget, sehingga kalau kita ada yang lupa nama obat atau diagnosis penyakit tanya dia saja. Ada yang perfeksionis dan detail, sehingga sering bikin ribet temannya tapi dia yang mengompori kegiatan kami selama ini. Terakhir, ada pelebur suasana sehingga kalau ada dia kadang kita bisa ngakak dan muncul ide-ide konyol.  
Entahlah, dengan modus jahilnya mereka, kadang rahasia pribadi yang aku simpan rapatpun bisa terbongkar. Aku percaya, tidak ada yang berpotensi untuk terjadi cinta lokasi diantara kami, walaupun 5 orang dari kami adalah jomblo dan kami telah satu kelompok selama > 1 tahun. Masing-masing kami punya cerita. Kadang, kami tidak sungkan lagi untuk bercerita mengenai kehidupan pribadi. Jujur saja, aku termasuk tipe introvert sehingga kalau terjadi sesuatu akan disimpan sendiri. Tapi, bagi kami, semuanya bisa terbalik. Bahkan, ada yang sampai menangis mencurahkan problemnya. Simple. Sekadar didengarkan saja sudah menjadi solusi. Tapi, bersama mereka lebih dari solusi. Setelah itu kami akan tertawa lagi..haha

Impossible is nothing!
Di stase ini, ada banyak hal-hal baru yang aku lakukan. Tentu saja, itu diluar dugaan. Pertama, kami dianggap sudah kompatibel untuk menangani pasien di poli. Padahal, kami baru menjalani separuh stase. Oleh karena itu, kami disuruh menangani pasien sendiri tanpa diawasi dokternya. Ada rasa was-was karena rasanya ilmuku belumlah sempurna.  Sebelumnya aku pernah melakukan hal ini saat jaga stand RSUD di Pameran Wonogiri. Ini yang kedua kalinya. Saat pasien datang, kami anamnesis, diagnosis, dan meresepi obat. Kalau kurang percaya diri, kami semeja berdua. Kalau sudah percaya diri, sendiripun tidak masalah. Kadang kami sampai mencari dokternya ke ruangan lain karena bingung dengan diagnosis atau obatnya karena ada pasien yang jika tidak bisa ditangani di puskesmas harus segera di rujuk. Kami juga membantu tindakan di IGD sehingga banyak ditemui kasus-kasus yang belum pernah kami dapat sebelumnya.
Berhubung impossible is nothing, maka akupun membuat video promosi kesehatan sesuai saran dosen pembimbing. Aku belum pernah menyentuh applikasi pembuat video sebelumnya, namun alhamdulillah semuanya selesai. Melalaui proses shooting yang melibatkan teman-teman lainnya, dan editing maka video berupa film pendek tentang bahaya merokok yang berdurasi 12 menit itu berhasil diselesaikan.
Impossible is nothing yang terakhir adalah saat kami bisa menyelesaikan semua laporan stase ini. Ah, pengen rasanya bercerita tentang hadits Rasulullah saw yang menyebutkan bahwa waktu luang adalah hal yang sering dilalaikan untuk disyukuri. Di stase ini, laporan dan penugasan yang WOW bisa membuatmu tahu bahwa kamu bisa mengukur kemampuanmu dengan mempergunakan waktu seoptimal mungkin.

Jalan-jalan Men..

Insya Allah lanjut part 2 ya.. :)