Waktu itu kami sedang ujian stase Ilmu Kesehatan Kulit dan
Kelamin dengan dosen dari kampus. Masing-masing koas membawa satu kasus yang
telah diujikan dengan dokter di RS untuk diujikan kembali. Dalam ujian ini juga
ada presentasi Refleksi Kasus. Refleksi kasus adalah kasus menarik yang bisa
diambil ibrahnya. Ujian ini ada di setiap stase.
Setelah selesai ujian pertama, kami melanjutkan dengan
refleksi kasus. Saya mempresentasikan tentang Neurodermatitis Sirkumkripta,
yaitu peradangan menahun pada lapisan kulit paling atas yang
menimbulkan rasa gatal. Latar belakang pemilihan kasus ini adalah adalah
gangguan kualitas hidup (Quality of Life) pada pasien dikarenakan rasa gatal
yang sangat mengganggu, terutama saat bekerja atau hendak tidur. Kondisi ini
berlangsung kronis, hingga hitungan tahun. Adapun penyebabnya adalah
bermacam-macam, salah satunya adalah karena kondisi psikologis. Oleh karena
itu, tidak hanya terapi farmakologi yang harus diberikan, tetapi juga
psikologi. Aspek inilah yang saya tekankan dalam kasus ini.
Sedangkan dalam refleksi keislaman, saya
membahas tentang obat gatal dalam sejarah Rasulullah saw dan sikap seorang
muslim dalam menghadapi sakit. Tidak jauh berbeda dengan sebelumnya, ada ayat
yang tidak akan saya lewatkan, yaitu “Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkanku” (Q.S. Asy-syu’ara:80). Agak berbeda dengan stase
sebelumnya, mungkin karena pembahasan ini sudah sering diangkat, biasanya hanya
lewat begitu saja. Tapi, kali ini saya mendapat feedback,
“Q.S. Asy-Syuara ayat 80,
bunyinya apa ya?”, tanya dosenku
Astaghfirullah, aku bahkan tidak
mencantumkan ayatnya. Segera aku buka gadjet, dan aku cari. Beliaupun menungguku.
Mungkin karena agak memakan waktu, hampir bersamaan saat aku membaca ayat
tersebut, beliau melafalkannya.
Masya Allah, dosenku ternyata
lebih hapal.
Kemudian beliau melanjutkan,
“Untuk kasus yang sudah saaangat
lama, biasanya sulit untuk menentukan penyebab neurodermatitis ini. Karena saking
gatalnya, ia akan terus menggaruk, sehingga sulit sekali untuk menghindarinya. Bahkan,
terbentuk siklus gatal-garuk. Oleh karena itu, biasanya saya mengedukasi kepada
keluarga. Misalnya kepada istri diingatkan, nanti kalau suaminya sudah terlihat
mulai menggaruk, tolong diingatkan dan dialihkan perhatiannya. Misalnya ajak
ngobrol, berikan camilan, dan lain-lain. Dan yang lebih penting, seperti ayat
Al-Qur’an tadi, bahwa yang menyembuhkan itu hanya Allah. Memang sulit untuk
penyembuhannya, tapi kita punya Allah, jadi mintalah pada Allah Yang Maha
Menyembuhkan”
Aku terenyuh. Ya, aku lupa. Sudah
lama di dunia perkoasan, tetapi jaraang sekali mengaplikasikan yang satu ini. Memang,
neurodermatitis ini bukanlah kasus life threatning, tapi tidak ada salahnya
mengingatkan kembali tentang hakikat kesembuhan. Terima kasih sudah
mengingatkan kami, Dok.. :)
Ada lagi hal lain yang aku ambil
hikmahnya dalam ujian kali ini. Saat ada pertanyaan yang tidak bisa kami jawab,
maka beliau tidak menghakimi kami, tetapi mengajari. Ya, kami pernah merasakan
bagaimana belajar dalam kondisi menegangkan, karena dosen mengharuskan kami
menguasai suatu materi. Pressure ini membuat kami terus belajar, dan belajar. Memang,
materi berhasil dikuasai, tetapi ada ketidaknyamanan dan kurang menikmati. Berbeda
dengan pagi ini, pertanyaan mengenai patogenesis dan mekanisme kerja obat (yang
teoritis dan khas saat pendidikan S1) muncul. Alhamdulillah kami bisa menjawab,
walaupun tidak sempurna. Kekurangannya ditambahkan oleh beliau. Sehingga di
akhir diskusi, beliau mengingatkan, “nanti dibaca lagi yaa. Hal-hal teoritis
seperti ini jangan dilupakan saat menjadi dokter nanti. Biar treatment kalian
bagus”. Waaah, berasa endorfin membanjiri tubuh kami. Adeem, melejitkan semangat
untuk menjadi great muslim doctor. Sampe terbersit di benakku, nanti kalo saya
jadi dosen, maunya kayak gini aja: pinter, paham agama, mempermudah siswa..
Aaah, jadi ingat lagi. Pernah gak
sih teman-teman kalo dapat kebaikan dari orang lain sampai mendoakan orang
tersebut tanpa berpikir panjang lagi. Hingga doa-doa itu meluncur di mulut kita
untuk kebaikan beliau, walaupun hanya kebaikan kecil. Hmm, semoga kita menjadi
orang-orang yang mudah memberikan kebaikan dan mendoakan orang-orang yang
memberikan kebaikan itu.. aamiin..
Sekian
Just share :-)
Oya, intermezo dikit. Sekadar share
dari refleksi kasus temanku tentang acne vulgaris (jerawat)
- Pelembab wajah sebaiknya digunakan tidak lebih dari 3 menit setelah mandi, karena fungsinya untuk menahan air. Sedangkan jika digunakan lebih dari itu maka tidak ada fungsinya lagi
- Untuk mencegah jerawat, bukanlah dengan rutin membersihkan wajah sebelum tidur, tetapi hendaklah dengan berwudhu. Memang boleh untuk membersihkan wajah, tetapi jangan terlalu sering, karena bisa menyebabkan iritasi dan malah mempermudah munculnya jerawat. Tetapi berwudhulah, karena selain bisa membersihkan wajah secara natural, ia juga bisa mendinginkan dan menentramkan jiwa saat hendak tidur.