Pages

Sunday, November 13, 2016

......

Innaa lillaahi wa innaa ilaihi rooji’uun..
Sesungguhnya kami milik Allah dan kepadaNyalah kami kembali (Q.S. Al Baqarah 156)

Kaget, ga nyangka, kemarin pagi jam 6.40 dapat kabar bahwa teman sekelas kami meninggal. Padahal saat subuh masih sempat komen status dengan teman kami di medsos..

Ini merupakan kedua kalinya teman kami dipanggil. Dua bulan yang lalu, salah seorang teman kami juga sudah lebih dulu dipanggil (Allaahummaghfir lahuu, warhamhu, wa’afihii, wa’fuanhu)
Tidak ada yang salah dengan umur. Kita semua sudah dijatah sampai kapan waktunya.

Teman kami ini, yang satunya, dalam 3 bulan lagi akan menikah. Yang satunya lagi, dalam hitungan hari akan mengikuti ujian kompetensi Dokter (UKMPPD) dan akan menjadi dokter dalam waktu dekat. Dan mereka sama-sama anak tunggal..

Allaahu Rabbi.. Wallaahu’alam bish shawab.. Allah Maha Tahu yang terbaik untuk hambaNya. Allah Maha Penyayang. Allah Sang Pemilik skenario. Allah tidak akan mendzalimi hambaNya..

Mungkin kami memang sedang diingatkan, “ingatlah kematian dapat datang kapan saja”. Bahkan tidak usah berpikir besok, dalam 1 jam ke depan saja adakah yang dapat menjamin kita masih hidup? Apakah bekal untuk di akhirat sudah maksimal?

Kami juga sedang diingatkan, kita tidak berkuasa atas apapun di dunia ini. Allah Yang Maha Berkuasa. Seberapa banyak harapan kita atas sesuatu, tetaplah gantungkan harapan hanya kepada Allah. Agar tak kecewa saat Allah ambil,  karena sejatinya itu memang milik Allah..


Allaahu Rabbi, sabarkan dan kuatkan kepada orang tua yang ditinggalkan. Berikan ganti di dunia dan diakhirat dengan yang lebih baik. Angkat kesedihannya. Sayangi dengan sifat Rahman dan RahimMu.. 

Tips Lulus UKMPPD One Shoot

Hallo para pejuang UKMPPD.. Mau sedikit share nih. Alhamdulillah kemarin sudah lulus ujian UKMPPD. Sebulan menjelang hari H deg-degannya gak karuan banget. Khawatir was-was kalo ga lulus. Alhamdulillah banyak faktor yang menguatkan jadi agak stabil. Trus, gimana dong? Hehe.. Well, check it out!

1.   Belajar
Cara ini cuma satu-satunya yang bisa masukin ilmu ke dalam otak, hehe. Ga lain dan gak bukan. Cuma kadang  perlu berimprovisasi biar gak bosen.
a.       Temenmu ikut menentukan nasibmu
Okey, saya sendiri belajarnya cuma berdua intensif sama temen (kadang sesekali ada temen lain yg juga ikutan). Pemilihan temen dalam hal ini jadi sangat penting. Kebayang kan kalo seandainya kamu udah illfeel dari awal, gimana ntar prosesnya? Silakan cari temen yang membuat kamu nyaman. Kalau saya sendiri orangnya agak seriusan, gak suka basa basi, tapi kalo gilanya kumat butuh orang yang juga bisa diajak gila, haha. Yah intinya, kalo waktunya belajar ya belajar, bercanda ya bercanda, curhat ya curhat, tidur ya tidur. Oya, temen yang mirip sifatnya sama kamu biasanya bisa lebih enak beradaptasi. Dari awal kalian harus membangun komitmen, “Mulai saat ini kita belajarnya bareng ya. Gimana nih nanti mau belajarnya?”
b.      Tentukan Strategi dan Target Belajar
Nah, hal ini juga penting, karena kamu gak bisa belajar hanya seperti air mengalir. Kalau di kampus saya, suasana UKMPPD sudah mulai terasa sejak H-1 bulan lebih. Sebelum bimbingan kampus, ada ujian Tapis. Kalo gak lulus ujian ini, maka tidak diperbolehkan melangkah ke tahap berikutnya (bimbingan+ujian UKMPPD) tetapi disunnahkan mengikuti bimbingan jangka panjang untuk mempersiapkan Ujian Tapis periode berikutnya. Katanya ini untuk mempersiapakkan akreditasi sih, karena kelulusan first taker UKMPPD mendapat porsi yang besar untuk penilaian sertifikasi.
Bagaimana mengatur strateginya??
Karena masing-masing orang memiliki cara belajar yang berbeda, maka be your self aja. Sejak awal saya tidak ikut bimbel di luar kampus, alasannya selain karena dana (hehe), juga karena saya memiliki jam produktif untuk belajar. Pengalaman kakak kelas katanya sering merasa capek karena bimbingan kampus saja sudah sampai sore dilanjutkan dengan bimbingan di luar yang lamanya 4-5 jam (walaupun pada periode saya bimbingan kampus jadwalnya hanya sedikit sekali, hehe). Saya sendiri ga bisa dipaksa belajar jika sudah capek, karna percuma saja ilmunya ga akan masuk.
It’s about a time. Karena UKMPPD akan sangat tidak efektif jika kita membuka textbook yang tebalnya seperti bantal itu, maka kami mengambil sumber dari internet atau mengkopi modul bimbel luar (thanks to bimbel luar yang mengizinkan untuk di copy). Akan sangat memakan waktu jika semua penyakit dibahas A-Z. Target kami adalah: mencari tahu yang belum tahu dan menyempurnakan yang sudah tahu. Oleh karena itu, kami membahas soal sebanyak-banyaknya. Dengan demikian, dari situ nanti akan diketahui hal-hal yang kami masih kurang. Target 1 hari adalah 100 soal. Walau kadang sampe kadang gak, wkwk. Carilah bank soal yang sudah ada kunci jawabannya. Tetapi sebelum membuka kunci kamu isi dengan jawaban dan penjelasan versimu sendiri, setelah itu baru liat kunci untuk mengoreksi. Kadang ada loh, jawaban yang malah kuncinya salah. Naaah, soal yang seperti inilah yang nanti akan ditanyakan ke pakar/spesialis saat bimbingan kampus.
c.       Dilamain belajarnya, bukan bercandanya atau tidurnya, wkwk
Jadi kemaren kosan saya lamanya 45 menit dari kosan temen saya (kosan temen saya dekat kampus). Intinya saya ke kosan dia pagi-pagi (ada atau tidak ada bimbingan kampus) dan pulang jam 9 malem. Hampir setiap hari seperti itu kecuali hari minggu. Yaa, bagaimana caranya supaya target soal dibahas habis. Kadang setelah makan siang mudah ngantuk, trus kami tidur. Setelah tidur belajar lagi. Kadang jenuuuuh banget, trus kita jalan, hehe (yg deketan aja). Kadang lagi pengen curhat, ya cerita, trus belajar lagi. Tapi tetep, porsi untuk belajar harus lebih besar.
d.      Try Out itu membantu loh..
Waktu periode saya ada 8 kali Try Out yang diselenggarakan kampus, dan 1x Try Out AIPKI. Yg AIPKI saat itu pendaftarannya agak ribet karena saya posisinya tidak di Jogja jadinya tidak ikut. Dari 8 kali TO kampus, hanya 1x nilainya yang diatas 66, haha. Kata dosenku sih, TO kampus memang sengaja dibuat sulit dibanding soal UKMPPD nantinya karena agar kita terbiasa. Tapi tetap saja sempat bikin down, koq gak lulus lulus yaa.. Tapi gapapa, yg penting nanti UKMPPD lulus. Jadinya kampus berhasil bikin saya semangat dgn nilai TO seperti ini, wkwk.
Nilai TO membantu banget untuk ngukur sudah sejauh mana kemampuan kita loh. Kalo belum mencapai target, berarti yaa masih ada yang kurang. Belajar & belajar lagi. Sering-sering TO juga membantu kita untuk terbiasa mengenali soal. Beruntung deh kalo ada soal yang mirip banget waktu nanti keluar pas hari H. Tapi, kalo dari kampusmu ga ngadain, silakan berimprovisasi sendiri. Misalnya ada soal TO dari bimbel lain atau darimana aja, silakan kerjaan sendiri tanpa melihat buku dengan time limit sesuai UKMPPD. Nah, setelah itu jawabanmu dicocokkan dengan kunci deh. Dilihat apakah sudah melewati passing grade atau belum. Selamat Berjuang!!!  
e.      OSCEnya gimana?
Nah, karena yang dinilai saat ini adalah performamu, maka cobalah untuk bersikap seprofessional mungkin. Bayangkan saja saat itu kamu sudah jadi dokter beneran, dan bayangkan seperti apa kamu ingin terlihat di hadapan pasien. Pastinya pengen the best dong yaa..
Pengen cerita aja, sebenarnya pas H-3 OSCE ini ada sesuatu yang terjadi sehingga tidak bisa membuat saya meluangkan waktu dan fokus untuk belajar. Ini semua hal-hal di luar kehendak saya yang tidak bisa saya kendalikan. Kalau sudah seperti ini, modal saya adalah materi yang sudah saya pelajari menjelang CBT. Untuk praktek, modal saya adalah tindakan-tindakan yang pernah saya lakukan saat koas. Selebihnya adalah bagaimana membuat pasien nyaman. Komunikasi dan care adalah poin yang sangat saya tonjolkan. Memang tidak ada yang sempurna. Tapi dapat poin 81 saat belajar seadanya menjelang OSCE ini adalah sesuatu yang sangat saya syukuri..
Maka, jika teman-teman belajarnya maksimal, maka kemungkinan besar nilainya akan lebih tinggi dari saya. Pada intinya OSCE adalah mengulang apa yang sudah kalian lakukan di koas. Jika ada prosedur tindakan yang lupa, maka perlu dibuka lagi. Oya, di kampus juga ada bimbingan OSCE beserta praktiknya loh. Mungkin alat-alatnya kadang ada yang sedikit berbeda dengan di RS pendidikan. Nah, silakan familiarkan dirimu dengan alat-alat tersebut, bila perlu difoto.
Saat ujian, mungkin saat berada di koridor akan sangat gugup. Tapi saat memasuki ruangan dan berkomunikasi dengan pasien, percayalah itu semua akan hilang. Ajak pasien berbicara sebagaimana layaknya dokter pasien. Bahkan candaan-candaan kecil bisa melumerkan suasana loh.. Daan, tidak usah down jika 1 stasion banyak yang salah dan tidak sempurna. Masih banyak stase lain untuk meraup nilai. Jadiii, semangattt!!
2.   Berdoa
Guys, sempurnakan ikhtiar dengan doa. Kita ini miliknya Allah, Dia yang punya kendali atas sesuatu. Mau dibuatnya lulus atau gak, itu mudah saja. Maksimalkan ibadah, maksimalkan doa. Mohon ampun atas dosa-dosa selama ini. 
Waktu persiapan OSCE yang seadanya, sejujurnya saya tidak bisa berkutik. Ya Allah, persiapan ini tidak maksimal. Semua yang terjadi beberapa hari ini di luar kendali saya. Berharap Allah mudahkan saya untuk tampil dengan performa terbaik, membukakan pintu hati penguji untuk memberikan nilai terbaik. Ada satu ruangan yang setelah saya diskusikan dengan peserta yang lain setelahnya, ternyata saya salah dari mulai pemeriksaan penunjang, diagnosis, dan terapi. Inilah yang membuat saya khawatir tingkat tinggi, diluluskan atau tidak. Walaupun setelah keluar dari ruangan ini saya dengan pedenya yakin benar. Dan ternyata, Allah luluskan, Alhamdulillah..
Demikian halnya dengan CBT. Saya tandai soal yang masih ragu-ragu dan saya isi soal yang yakin benar. Alhamdulillah saat itu yang yakin benar 140an soal diantara 200 soal.
Saat down dengan nilai TO yang susah lulusnya, saya berbisik ke diri saya sendiri. “Saat kita sudah berjuang habis-habisan, tidak akan mungkin Allah tidak meluluskan”.  Itulah husnudzhon saya ke Allah, sehingga semangat itu terus ada.
Jangan lupa untuk minta doakan ke orang-orang terdekat, terutama orang tua. Ingat, doa dari orang tua adalah yang paling mustajab.
Satu lagi, tanamkan dalam diri, “Tidak apa-apa saya berjuang mati-matian untuk kali ini, yang penting saya langsung lulus”
Selamat berjuang para pejuang! Sertakan Allah selalu dalam langkah kita!


#NB: Jangan lupa buka SKDI. Tentukan prioritasmu.

Sunday, March 20, 2016

Mengasah Nurani

Waktu itu, aku dalam perjalanan di bis Jogja-Solo. Saat bis berhenti untuk mengangkut penumpang di Klaten, seseorang pria berusia 20an dengan terburu-buru menaiki bis. Melihatnya sepintas, aku yakin kalau ia bukanlah penumpang. Benar saja, ia langsung berdiri di tengah bus dan bersikap layaknya seorang pengamen. Ia berbicara yang aku yakin tidak seorangpun dari kami mengerti. sambil menepuk-nepukkan tangannya, ia masih terus bernyanyi layaknya seorang pengamen. Tidak sampai satu menit, ia pun berhenti. Kemudian ia mengulurkan gelas plastik di tangannya kepada semua penumpang. Seingatku, hampir semua penumpang tidak ada yang memberi recehan kepadanya, termasuk aku. Setelah selesai dengan tugasnya, ia menunggu tempat pemberhentian berikutnya dengan memperbaiki gorden bis pada penumpang yang terkena sinar matahari langsung. Begitupun dengan tempat dudukku. Kaget sekali waktu itu dari belakang tiba-tiba ada orang yang langsung menarik gorden sebelahku hingga lapang pandang untuk melihat ke luar jendela tertutup. Setelah bis kembali berhenti, iapun turun..

Berikutnya, di lain waktu, hampir mirip dengan kisah sebelumnya. Waktu aku dalam perjalan bis Wonogiri-Solo, seorang laki-laki berusia 30-an juga bernyanyi layaknya pengamen. Berbekal pengalaman sebelumnya, aku mengamatinya dengan cermat. Ya, ia tuna rungu seperti orang yang aku lihat sebelumnya. Hanya beberapa detik saja ia ‘seperti’ bernyayi, dan setelah itu mengulurkan gelas plastiknya. Ada yang memberi, ada yang tidak. Dan aku tidak mengulangi sikapku seperti sebelumnya. Uangku akhirnya keluar.

Kau tahu apa yang dipikirkannya, kawan?
Yap. Akupun hanya menerka. Ia bernyanyi mungkin karena mengira apa yang ia ucapkan itu sama dengan yang kita ucapkan. Ia mengcopy-paste gaya pengamen umumnya yang juga ia terapkan. Yang ia tahu, ia harus mengumpulkan uang untuk menyambung hidupnya.
Kau tahu kawan? Sejak lahir aku diasuh oleh bibiku yang seorang tuna rungu. Ia kakak ibuku, ia juga aku anggap seperti ibuku. Aku sudah terbiasa berbicara dengannya menggunakan bahasa isyarat. Tetapi bukan bahasa isyarat formal yang dapat berlaku di seluruh dunia. Melainkan bahasa isyarat yang hanya kami yang terbiasa berkomunikasi dengannya yang bisa mengerti. Entahlah, mungkin karena di daerahku belum ada lembaga khusus yang membina orang seperti beliau. Bibiku terampil dalam banyak hal. Meskipun sampai saat ini beliau belum menikah, untuk urusan rumah tangga beliau tidak ada duanya. Beliau juga mahir dalam membuat prakarya. Jika ada barang bekas, tidak heran jika nantinya disulap menjadi sesuatu yang cantik. Dulu waktu masih muda, (katanya) beliau pernah bekerja di pabrik roti. Setelah itu, setahuku belliau tidak pernah bekerja lagi. Hingga saat ini beliau dalam pemeliharaan kakek-nenekku dan adik-adiknya..

Aah, terlalu melankolis memang. Tapi, pernahkah kalian membayangkan bagaimana jika berada di posisi mereka? Dunia terasa sunyi, senyap. Ingin berbicara, tetapi orang lain tidak mengerti. Pada akhirnya, mereka menerima semua ketentuanNya dengan lapang. Menjalani hari-hari mereka sebagai bentuk kesyukuran terhadap Rabb Nya. Aah, Bibi, ingin sekali aku menceritakan tentang Rabb kita kepadaMu. Bahwa, Ia menciptakanmu bukanlah untuk sebuah kesia-siaan. Salah satunya, mungkin untuk membuatku berpikir tentang apa yang harus ku lakukan, terhadapmu, terhadap kalian..

(to be continued, insya Allah)

Tuesday, February 9, 2016

Case Reflection

Waktu itu kami sedang ujian stase Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin dengan dosen dari kampus. Masing-masing koas membawa satu kasus yang telah diujikan dengan dokter di RS untuk diujikan kembali. Dalam ujian ini juga ada presentasi Refleksi Kasus. Refleksi kasus adalah kasus menarik yang bisa diambil ibrahnya. Ujian ini ada di setiap stase.

Setelah selesai ujian pertama, kami melanjutkan dengan refleksi kasus. Saya mempresentasikan tentang Neurodermatitis Sirkumkripta, yaitu peradangan menahun pada lapisan kulit paling atas yang menimbulkan rasa gatal. Latar belakang pemilihan kasus ini adalah adalah gangguan kualitas hidup (Quality of Life) pada pasien dikarenakan rasa gatal yang sangat mengganggu, terutama saat bekerja atau hendak tidur. Kondisi ini berlangsung kronis, hingga hitungan tahun. Adapun penyebabnya adalah bermacam-macam, salah satunya adalah karena kondisi psikologis. Oleh karena itu, tidak hanya terapi farmakologi yang harus diberikan, tetapi juga psikologi. Aspek inilah yang saya tekankan dalam kasus ini.

Sedangkan dalam refleksi keislaman, saya membahas tentang obat gatal dalam sejarah Rasulullah saw dan sikap seorang muslim dalam menghadapi sakit. Tidak jauh berbeda dengan sebelumnya, ada ayat yang tidak akan saya lewatkan, yaitu “Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkanku” (Q.S. Asy-syu’ara:80). Agak berbeda dengan stase sebelumnya, mungkin karena pembahasan ini sudah sering diangkat, biasanya hanya lewat begitu saja. Tapi, kali ini saya mendapat feedback,
“Q.S. Asy-Syuara ayat 80, bunyinya apa ya?”, tanya dosenku
Astaghfirullah, aku bahkan tidak mencantumkan ayatnya. Segera aku buka gadjet, dan aku cari. Beliaupun menungguku. Mungkin karena agak memakan waktu, hampir bersamaan saat aku membaca ayat tersebut, beliau melafalkannya.

Masya Allah, dosenku ternyata lebih hapal.
Kemudian beliau melanjutkan,
“Untuk kasus yang sudah saaangat lama, biasanya sulit untuk menentukan penyebab neurodermatitis ini. Karena saking gatalnya, ia akan terus menggaruk, sehingga sulit sekali untuk menghindarinya. Bahkan, terbentuk siklus gatal-garuk. Oleh karena itu, biasanya saya mengedukasi kepada keluarga. Misalnya kepada istri diingatkan, nanti kalau suaminya sudah terlihat mulai menggaruk, tolong diingatkan dan dialihkan perhatiannya. Misalnya ajak ngobrol, berikan camilan, dan lain-lain. Dan yang lebih penting, seperti ayat Al-Qur’an tadi, bahwa yang menyembuhkan itu hanya Allah. Memang sulit untuk penyembuhannya, tapi kita punya Allah, jadi mintalah pada Allah Yang Maha Menyembuhkan”

Aku terenyuh. Ya, aku lupa. Sudah lama di dunia perkoasan, tetapi jaraang sekali mengaplikasikan yang satu ini. Memang, neurodermatitis ini bukanlah kasus life threatning, tapi tidak ada salahnya mengingatkan kembali tentang hakikat kesembuhan. Terima kasih sudah mengingatkan kami, Dok.. :)

Ada lagi hal lain yang aku ambil hikmahnya dalam ujian kali ini. Saat ada pertanyaan yang tidak bisa kami jawab, maka beliau tidak menghakimi kami, tetapi mengajari. Ya, kami pernah merasakan bagaimana belajar dalam kondisi menegangkan, karena dosen mengharuskan kami menguasai suatu materi. Pressure ini membuat kami terus belajar, dan belajar. Memang, materi berhasil dikuasai, tetapi ada ketidaknyamanan dan kurang menikmati. Berbeda dengan pagi ini, pertanyaan mengenai patogenesis dan mekanisme kerja obat (yang teoritis dan khas saat pendidikan S1) muncul. Alhamdulillah kami bisa menjawab, walaupun tidak sempurna. Kekurangannya ditambahkan oleh beliau. Sehingga di akhir diskusi, beliau mengingatkan, “nanti dibaca lagi yaa. Hal-hal teoritis seperti ini jangan dilupakan saat menjadi dokter nanti. Biar treatment kalian bagus”. Waaah, berasa endorfin membanjiri tubuh kami. Adeem, melejitkan semangat untuk menjadi great muslim doctor. Sampe terbersit di benakku, nanti kalo saya jadi dosen, maunya kayak gini aja: pinter, paham agama, mempermudah siswa..

Aaah, jadi ingat lagi. Pernah gak sih teman-teman kalo dapat kebaikan dari orang lain sampai mendoakan orang tersebut tanpa berpikir panjang lagi. Hingga doa-doa itu meluncur di mulut kita untuk kebaikan beliau, walaupun hanya kebaikan kecil. Hmm, semoga kita menjadi orang-orang yang mudah memberikan kebaikan dan mendoakan orang-orang yang memberikan kebaikan itu.. aamiin..

Sekian
Just share :-) 


Oya, intermezo dikit. Sekadar share dari refleksi kasus temanku tentang acne vulgaris (jerawat)
  •  Pelembab wajah sebaiknya digunakan tidak lebih dari 3 menit setelah mandi, karena fungsinya untuk menahan air. Sedangkan jika digunakan lebih dari itu maka tidak ada fungsinya lagi
  • Untuk mencegah jerawat, bukanlah dengan rutin membersihkan wajah sebelum tidur, tetapi hendaklah dengan berwudhu. Memang boleh untuk membersihkan wajah, tetapi jangan terlalu sering, karena bisa menyebabkan iritasi dan malah mempermudah munculnya jerawat. Tetapi berwudhulah, karena selain bisa membersihkan wajah secara natural, ia juga bisa mendinginkan dan menentramkan jiwa saat hendak tidur.