Tanggal :
21 Nov 2012
“Dan (ingatlah) ketika
Musa berkata kepada kaumnya, “Wahai kaumku! Ingatlah akan nikmat yang Allah
kepadamu ketika Dia mengangkat nabi-nabi diantaramu, dan menjadikan kamu sebagi
orang-orang merdeka, dan memberikan kepadamu apa yang belum pernah diberikan
kepada seorangpun diantara umat yang lain. ‘Wahai kaumku, masuklah ke tanah
suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu nerbalik
ke belakang (karena takut kepada mausuh), nanti kamu menjadi orang yang rugi’.
Mereka berkata, ‘Wahai Musa! Sesungguhnya di dalam negeri itu ada orang-orang
yang sangat kuat dan kejam, kami dak
akan memasukinya sebelum mereka keluar darinya. Jika mereka keluar dari sana,
niscaya kami akan masuk’. Berkatalah dua orang laki-laki diantara mereka yang
bertakwa, yang telah diberi nikmat oleh Allah, ‘serbulah mereka melaluipintu
gerbang (negeri) itu. Jika kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan bertawakallah
kepada kamu hanya kepada Allah, jika kamu orang-orang yang beriman’. Mereka
berkata, Wahai Musa, sampai kapanpun kami tidak akan memasukinya selama
merereka masih ada di dalamnya, karena itu pergilah engkau bersama Tuhanmu, dan
berperanglah kamu berdua. Biarlah kami tetap (menanti) disini saja’. Dia (Musa)
berkata, ‘Ya Tuhanku, aku hanya menguasai diriku sendiri dan saudaraku. Sebab
itu pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yag fasik itu’. Allah berfirman,
(jika demikian), maka (negeri) itu terlarang buat mereka selama empat puluh
tahun, (selama itu) mereka akan mengembara kebingungan di bumi. Maka janganlah
engkau (Musa) bersedih hati (memikirkan nasib) orang-orang yang fasik itu’. (Q.S
Al Ma’idah (5):20-26)”
Ayat-ayat Allah di atas cukup
memberikan gambaran kepada kita akan sejarah dan sifat Bani Israil. Masih ingat
kisah tentang Fir’aun dan Bani Israil? Saat dikejar Fir’aun, Bani Israil diajak
Nabi Musa as ke Mesir melewati laut. Meskipun pada awalnya mereka meragukan,
namun setelah melihat rombongan Fir’aun semakin dekat, akhirnya mereka ikut
juga. Untuk ke Palestina sebenarnya ada jalan darat, namun sudah merupakan
rencana Allah untuk melewati laut agar mereka ditenggelamkan. Sesampainya di
daerah yang dekat dengan Palestina, mereka bertemu dengan orang-orang yang
kejam. Penguasa Palestina saat itu adalah orang-orang Jabbaariin (orang yang
mempunyai kekuatan besar, namun otoriter). Nabi Musa as menyuruh mereka untuk
memeranginya namun mereka menolak. Menurut mereka, Allah dan Rasulnya sudah cukup
untuk memerangi orang-orang yang kejam tersebut. Karena alasan mereka inilah
akhirnya mereka tidak bisa masuk ke negeri mereka sendiri hingga 40 tahun
lamanya dan menetap di Gurun Sahara. Meskipun tinggal di Gurun, atas karunia
Allah mereka dikaruniakan berbagai kenikmatan, diantaranya awan yang selalu
menaungi tempat tinggal mereka dan karunia berupa Manna dan Salwa.
Namun,
setelah menunggu 40 tahun, mereka akhirnya memutuskan untuk mencoba masuk ke
negeri mereka lagi. Mengetahui hal ini, Nabi Musa mengingatkan agar masuk ke
sana dengan tawadhu’, karena saat ini status mereka adalah sebagai pendatang.
Berbeda halnya jika mereka masuk 40 tahun sebelumnya, karena saat itu mereka
adalah pemilik negeri tersebut.
Sepak
terjang orang Yahudi ini juga sudah ada sejak Zaman Nabi Muhammad saw di
Madinah. Sebelum masuknya islam, ada dua kaum yang selalu bermusuhan selama
ratusan tahun, yaitu Suku Aus dan Suku Khazraj. Lamanya pertengkaran ini
dikarenakan terdapat orang Yahudi yang bermain dan mengejar keuntungan di
belakangnya, yaitu Bani Nadhir dan Bani Qainuqa. Dengan segala kelicikannya,
kaum Yahudi ini menginginkan agar panen kaum Khazraj juga bisa dinikmati
mereka. Selain itu, mereka juga suka mengadu domba agar kerukunan tidak pernah
tercipta diantara suku Auz dan Khazraj.
Saat
Nabi Muhammad saw masuk ke Madinah, beliau menengahi pertikaian ini. Dengan
menyeru untuk berpegang teguh kepada Al Qur’an dan sosok beliau yang mulia,
akhirnya kedua kaum ini bisa dipersatukan. Kerukunan dan persaudaran yang kuat terjalin
diantara mereka. Namun tetap saja saat masa kenabian, gangguan-gangguan dari
Kaum Yahudi masih bisa membayangi. Mereka sangat membenci dan mendengki
orang-orang muslim yang bersatu. Dengan
segala macam cara mereka lakukan agar kerukunan tidak terjadi. Namun, segala
puji bagi Allah yang menjadikan Rasulullah untuk menengahi mereka sehingga
perselisihan antara Suku Auz dan Suku Khazraj dapat dipadamkan.
Saat
ini, demi melanjutkan misinya untuk menguasai Palestina, saudara seiman kita di
Gaza terus dibombardir. Peristiwa ini sebenarnya merupakan teguran bagi umat
Islam. Saat negara-negara Islam tidak mengakui Palestina sebagai sebuah bangsa
(bisa dikaji dalam bidang hubungan internasional), maka hanya Indonesia yang
mengakuinya. Umat islam terlalu banyak mementingkan golongannya sendiri, dan
lupa bahwa apapun mahzabnya, organisasinya, dan lain-lainnya, islam adalah
satu. Lantas, apa yang harus kita lakukan dalam menghadapi situasi sperti ini?
Allah mengajarkan kita untuk kembali kepada Al Qur’an. Maka dengan berpegang
teguh kepada ajaran Al Qur’an seperti yang sudah dicontohkan oleh Rasulullah,
umat islam akan bersatu. Ingatlah, janji Allah bahwa Palestina akan menang.
Tapi untuk mencapai kemenangan itu diperlukan usaha dan kesabaran. Itulah tugas
bagi kita, umat islam. Wallahu’alam..
No comments:
Post a Comment