Pages

Wednesday, February 13, 2013

From Palestine with Love

Pemateri             : Ustadz Supriyanto Pasir
Tanggal               : 21 Nov 2012

“Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya, “Wahai kaumku! Ingatlah akan nikmat yang Allah kepadamu ketika Dia mengangkat nabi-nabi diantaramu, dan menjadikan kamu sebagi orang-orang merdeka, dan memberikan kepadamu apa yang belum pernah diberikan kepada seorangpun diantara umat yang lain. ‘Wahai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu nerbalik ke belakang (karena takut kepada mausuh), nanti kamu menjadi orang yang rugi’. Mereka berkata, ‘Wahai Musa! Sesungguhnya di dalam negeri itu ada orang-orang yang sangat kuat dan kejam, kami  dak akan memasukinya sebelum mereka keluar darinya. Jika mereka keluar dari sana, niscaya kami akan masuk’. Berkatalah dua orang laki-laki diantara mereka yang bertakwa, yang telah diberi nikmat oleh Allah, ‘serbulah mereka melaluipintu gerbang (negeri) itu. Jika kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan bertawakallah kepada kamu hanya kepada Allah, jika kamu orang-orang yang beriman’. Mereka berkata, Wahai Musa, sampai kapanpun kami tidak akan memasukinya selama merereka masih ada di dalamnya, karena itu pergilah engkau bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua. Biarlah kami tetap (menanti) disini saja’. Dia (Musa) berkata, ‘Ya Tuhanku, aku hanya menguasai diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yag fasik itu’. Allah berfirman, (jika demikian), maka (negeri) itu terlarang buat mereka selama empat puluh tahun, (selama itu) mereka akan mengembara kebingungan di bumi. Maka janganlah engkau (Musa) bersedih hati (memikirkan nasib) orang-orang yang fasik itu’. (Q.S Al Ma’idah (5):20-26)”
Ayat-ayat Allah di atas cukup memberikan gambaran kepada kita akan sejarah dan sifat Bani Israil. Masih ingat kisah tentang Fir’aun dan Bani Israil? Saat dikejar Fir’aun, Bani Israil diajak Nabi Musa as ke Mesir melewati laut. Meskipun pada awalnya mereka meragukan, namun setelah melihat rombongan Fir’aun semakin dekat, akhirnya mereka ikut juga. Untuk ke Palestina sebenarnya ada jalan darat, namun sudah merupakan rencana Allah untuk melewati laut agar mereka ditenggelamkan. Sesampainya di daerah yang dekat dengan Palestina, mereka bertemu dengan orang-orang yang kejam. Penguasa Palestina saat itu adalah orang-orang Jabbaariin (orang yang mempunyai kekuatan besar, namun otoriter). Nabi Musa as menyuruh mereka untuk memeranginya namun mereka menolak. Menurut mereka, Allah dan Rasulnya sudah cukup untuk memerangi orang-orang yang kejam tersebut. Karena alasan mereka inilah akhirnya mereka tidak bisa masuk ke negeri mereka sendiri hingga 40 tahun lamanya dan menetap di Gurun Sahara. Meskipun tinggal di Gurun, atas karunia Allah mereka dikaruniakan berbagai kenikmatan, diantaranya awan yang selalu menaungi tempat tinggal mereka dan karunia berupa Manna dan Salwa.
                Namun, setelah menunggu 40 tahun, mereka akhirnya memutuskan untuk mencoba masuk ke negeri mereka lagi. Mengetahui hal ini, Nabi Musa mengingatkan agar masuk ke sana dengan tawadhu’, karena saat ini status mereka adalah sebagai pendatang. Berbeda halnya jika mereka masuk 40 tahun sebelumnya, karena saat itu mereka adalah pemilik negeri tersebut.
                Sepak terjang orang Yahudi ini juga sudah ada sejak Zaman Nabi Muhammad saw di Madinah. Sebelum masuknya islam, ada dua kaum yang selalu bermusuhan selama ratusan tahun, yaitu Suku Aus dan Suku Khazraj. Lamanya pertengkaran ini dikarenakan terdapat orang Yahudi yang bermain dan mengejar keuntungan di belakangnya, yaitu Bani Nadhir dan Bani Qainuqa. Dengan segala kelicikannya, kaum Yahudi ini menginginkan agar panen kaum Khazraj juga bisa dinikmati mereka. Selain itu, mereka juga suka mengadu domba agar kerukunan tidak pernah tercipta diantara suku Auz dan Khazraj.
                Saat Nabi Muhammad saw masuk ke Madinah, beliau menengahi pertikaian ini. Dengan menyeru untuk berpegang teguh kepada Al Qur’an dan sosok beliau yang mulia, akhirnya kedua kaum ini bisa dipersatukan. Kerukunan dan persaudaran yang kuat terjalin diantara mereka. Namun tetap saja saat masa kenabian, gangguan-gangguan dari Kaum Yahudi masih bisa membayangi. Mereka sangat membenci dan mendengki orang-orang muslim yang bersatu.  Dengan segala macam cara mereka lakukan agar kerukunan tidak terjadi. Namun, segala puji bagi Allah yang menjadikan Rasulullah untuk menengahi mereka sehingga perselisihan antara Suku Auz dan Suku Khazraj dapat dipadamkan.
                Saat ini, demi melanjutkan misinya untuk menguasai Palestina, saudara seiman kita di Gaza terus dibombardir. Peristiwa ini sebenarnya merupakan teguran bagi umat Islam. Saat negara-negara Islam tidak mengakui Palestina sebagai sebuah bangsa (bisa dikaji dalam bidang hubungan internasional), maka hanya Indonesia yang mengakuinya. Umat islam terlalu banyak mementingkan golongannya sendiri, dan lupa bahwa apapun mahzabnya, organisasinya, dan lain-lainnya, islam adalah satu. Lantas, apa yang harus kita lakukan dalam menghadapi situasi sperti ini? Allah mengajarkan kita untuk kembali kepada Al Qur’an. Maka dengan berpegang teguh kepada ajaran Al Qur’an seperti yang sudah dicontohkan oleh Rasulullah, umat islam akan bersatu. Ingatlah, janji Allah bahwa Palestina akan menang. Tapi untuk mencapai kemenangan itu diperlukan usaha dan kesabaran. Itulah tugas bagi kita, umat islam. Wallahu’alam..

No comments:

Post a Comment